Siapakah Utin Della Maharani....
Utin Della Maharani dilahirkan tanggal 4 September 2004.
Saudara saudaranya adalah :
1. Gusti Januardy Perdana
2. Gusti Febry Maulana
3. Utin Della Maharani
4. Utin Denilla Putri.
Utin Della Maharani adalah anak dari Pasangan Gusti Deny Yuliansyah dan Syarifah Asnah Yulkarmila Almutahar.
Gusti Deny Yuliansyah sendiri adalah Anak dari Gusti Lahmudat.
Gusti Lahmudat adalah anak dari Gusti Mustaan.
Gusti Mustaan (1946 – 1950)
Gusti Mustaan adalah cucu dari Panembahan Ibrahim Muhammad
Syafiuddin. Gusti Mustaan diangkat menjadi Raja Mempawah setelah bangsa
Indonesia menyatakan kemerdekaan dan ketika Belanda mengakui Kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1949, lalu Kerajaan Mempawah ikut menyatu dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di tahun 1950.
Sehingga dengan sendirinya
hapuslah Kerajaan Mempawah di saat itu, dan langsung daerah kerajaan berubah
menjadi Kawedanan Mempawah, di mana Wedananya dijabat oleh Gusti Mustaan
sendiri.
Berikut adalah Raja raja yang pernah memerintah di Kerajaan Mempawah :
Gusti Jamiril (1761 – 1790)
Gusti Jamiril adalah anak
kedua Upu Alinu Malinu Daeng Menambon (Pangeran Mas Surya Negara) dengan Putri
Kesumba. Setelah dinobatkan menjadi Raja Mempawah, bergelar Panembahan
Adiwijaya Kesuma Jaya.
Gusti Jati (1790 – 1826)
Gusti Jati adalah putra
Gusti Jamiril dengan istri pertamanya yang bernama Daeng Nyonya binti Daeng
Kelola. Setelah diangkat menjadi Raja Mempawah, bergelar Panembahan Surya Nata
Kesuma. Namun, oleh GG Van Der Capelen, beliau diberi gelar Sultan Muhammad
Zainal Abidin.
Gusti Amir (1826 – 1853)
Gusti Amir merupakan adik
Gusti Jati dari istri kedua Gusti Jamiril yang bernama Daeng Laila binti Daeng
Kelola. Daeng Laila merupakan adik kandung dari Daeng Nyonya. Baik Gusti Jati
maupun Gusti Amir sama-sama putra dari Gusti Jamiril dengan istri yang berbeda.
Setelah diangkat menjadi Raja Mempawah, beliau memakai gelar Panembahan Adinata
Amar Kamaruddin.
Gusti Mukmin (1853 -1855)
Gusti Mukmin adalah putra
dari Gusti Amir. Setelah dinobatkan menjadi Raja Mempawah, beliau menyandang
gelar Panembahan Mukmin Nata Jaya Kesuma, sebelumnya lebih dikenal dengan nama
Pangeran Daeng.
Gusti Mahmud (1855 – 1860)
Gusti Mahmud merupakan
adik dari Gusti Mukmin. Setelah ditetapkan menjadi Raja Mempawah, beliau
bergelar Panembahan Muda Mahmud Akkamadin, yang sebelumnya lebih dikenal dengan
nama Pangeran Suta Negara.
Gusti Usman (1860 – 1864)
Gusti Usman adalah
kemenakan dari Gusti Mahmud. Setelah Gusti Usman diangkat menjadi Raja
Mempawah, beliau mengenakan gelar Panembahan Usman Nata Jaya Kesuma.
Gusti Ibrahim (1864 – 1887)
Gusti Ibrahim adalah
putra dari Gusti Mahmud. Setelah dinobatkan menjadi Raja Mempawah, beliau
bergelar Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin.
Gusti Iskandar (1887 – 1892)
Gusti Iskandar adalah
putra dari Gusti Ibrahim. Setelah diangkat menjadi Raja Mempawah, beliau
menyandang gelar sebagai Pangeran Pati Iskandar.
Semasa beliau menjadi
Raja Mempawah, banyak tindakannya yang kurang berkenan di hati rakyat.
Sepertinya Belanda mulai mencampuri urusan pajak terhadap rakyat di pedesaan,
sehingga rakyat Sangking memberontak melawan pemerintah. Dan orang-orang Cina
yang juga merasa tertekan di daerah Mentidong, lalu melawan pula yang
menyebabkan terjadinya perang di daerah itu.
Gusti Intan (1892 – 1902)
Karena perlawanan rakyat
Sangking dan Mentidong tersebut, menyebabkan Gusti Iskandar digantikan oleh
Gusti Intan. Gusti Intan merupakan menantu Gusti Ibrahim. Setelah diangkat
menjadi Raja Mempawah, beliau bergelar Pangeran Mangku Negara.
Gusti Muhammad Taufik (1902 – 1943)
Gusti Muhammad Taufik
adalah putra dari Gusti Ibrahim. Setelah dinobatkan menjadi Raja Mempawah,
beliau memakai gelar Panembahan Muhammad Taufik Akkamadin.
Pada waktu kepemimpinan
Gusti Muhammad Taufik ini, Belanda berusaha menghapuskan seluruh kerajaan yang
berada di daerah Kalimantan Barat.
Karena itu dua belas
kerajaan yang ada di daerah Kalimantan Barat ini, semuanya diminta oleh Belanda
untuk menanda tangani plakad pendek. Dengan arti bahwa semua raja harus
menyerahkan semua kekuasaannya dan mereka hanya berfungsi sebagai pegawai biasa
yang digaji oleh Pemerintah Belanda. Jadi dengan sendirinya, raja tak punya hak
lagi untuk menentukan hukum atau peraturan terhadap rakyat di daerah
kerajaannya sendiri.
Pangeran Wira Negara (1943 – 1946)
Dari dua belas kerajaan
yang ada di daerah Kalimantan Barat, akhirnya Mempawah berani menentang plakad
pendek. Dan Kerajaan Mempawah statusnya masih tetap seperti di masa Gusti
Ibrahim, yang hanya tunduk di bawah kekuasaan Ratu di Negeri Belanda. Pangeran
Wira Negara adalah saudara Gusti Muhammad Taufik. Pangeran Wira Negara bertahta
sebagai Raja Mempawah di kala masa pendudukan Jepang.